Zat aditif adalah
bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas makanan, menambahkan kelezatan, membuat makanan
tampak lebih menarik, dan mengawetkan makanan.
Di zaman modern seperti sekarang ini, bahan tambahan makanan digunakan dalam skala yang makin luas. Luasnya penggunaan bahan tambahan makanan dapat dilihat dari pengelompokannya seperti diatur dalam peraturan Menkes nomor 235 (1979). Dalam peraturan Menkes tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya, bahan tambahan makanan (zat aditif) dikelompokkan menjadi 14, di antaranya, yaitu: antioksidan dan antioksidan sinergis, pengasam, penetral, pemanis buatan, pemutih dan pematang, penambah gizi, pengawet, pengemulsi (pencampur), pemantap dan pengental, pengeras, pewarna alami dan sintetis, penyedap rasa dan aroma, dan lainnya.
Di zaman modern seperti sekarang ini, bahan tambahan makanan digunakan dalam skala yang makin luas. Luasnya penggunaan bahan tambahan makanan dapat dilihat dari pengelompokannya seperti diatur dalam peraturan Menkes nomor 235 (1979). Dalam peraturan Menkes tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya, bahan tambahan makanan (zat aditif) dikelompokkan menjadi 14, di antaranya, yaitu: antioksidan dan antioksidan sinergis, pengasam, penetral, pemanis buatan, pemutih dan pematang, penambah gizi, pengawet, pengemulsi (pencampur), pemantap dan pengental, pengeras, pewarna alami dan sintetis, penyedap rasa dan aroma, dan lainnya.
Komposisi adalah semua bahan baku pembuat makanan kemasan, termasuk
zat aditif yang digunakan dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam
kemasan. Bahan aditif yang mesti dicantumkan dalam kandungan isi
meliputi bahan buatan atau alami yang ditambahkan untuk memperbaiki
penampilan, bau, rasa, konsistensi atau lama penyimpanannya.
Biasanya, bahan aditif diberi kode huruf E (Eropa) dan diikuti dengan
tiga angka. Misalnya, E 100 sebagai kode pewarna, E 200 kode
konsevator, E 300 kode antioksida, dan E 400 kode pengemulsi atau
stabilisator. Contoh bahan aditif itu adalah E 200 asam sorbat, E 201 Na
sorbat, E 300 asam askorbat, E 311 oktil gallat, E 320 butil
hidroksilanisol (BHA), dan E 321 butilhidroksil toluena (BHT).
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2. Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat
serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun
sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat
dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa.
A. Bahan Pewarna
Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang
ditambahkan ke dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan
bertujuan untuk memberi penampilan tertentu atau warna yang menarik.
Warna yang menarik dapat menjadikan makanan lebih mengundang selera.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalamair. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan
basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak
larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai
produk-produk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung
lemak dan minyak.
1. Pewarna Alami
Pewarna alami merupakan bahan pewarna yang bahan-bahannya banyak
diambil dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pewarna alami yang banyak digunakan
antara lain sebagai berikut.
- Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau menawan, misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.
- Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue kering.
- Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali, atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan makanan.
- Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna kapxantin yang menjadikan warna merah pada makanan, misalnya rendang daging atau sambal goreng.
- Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna kuning.
- Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula karena proses karamelisasi, yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170°C.
- Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol.
Selain contoh di atas, beberapa buah-buahan juga dapat menjadi bahan
pewarna alami, misalnya anggur menghasilkan warna ungu, stroberi warna
merah, dan tomat warna oranye.
2. Pewarna Buatan
Makanan ada yang menggunakan pewarna alami ada pula yang menggunakan
pewarna buatan. Bahan pewarna buatan ada dua jenis. Jenis pertama adalah
pewarna buatan yang disintesa dengan struktur kimia persis seperti
bahan alami, misalnya beta-karoten (warna oranye sampai kuning),
santoxantin (warna merah), dan apokaroten (warna oranye). Jenis kedua
adalah bahan pewarna yang disintesa khusus untuk menggantikan pewarna
alami. Tabel berikut menunjukkan contoh bahan pewarna buatan pada
makanan.
Bahan pewarna buatan | Contoh produk makanan |
Indigokarmin menghasilkan warna biru | gula dan minuman ringan. |
Eritrosin menghasilkan warna merah | es krim dan jeli |
Tartrasin menghasilkan warna kuning | es krim, yoghurt, dan jeli |
Meskipun bahan pewarna tersebut diizinkan, kamu harus selalu
berhati-hati dalam memilih makanan yang menggunakan bahan pewarna buatan
karena penggunaan yang berlebihan tidak baik bagi kesehatanmu.
Penggunaan tartrazine yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada anak. Penggunaan erythrosine yang
berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif
pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada otak dan
perilaku.
3. Perbedaan antara Pewarna Alami dan Pewarna Buatan
Bahan pewarna alami maupun buatan digunakan untuk memberi warna yang
lebih menarik pada makanan. Biasanya orang menggunakan bahan pewarna
alami karena lebih aman dikonsumsi daripada bahan pewarna buatan. Bahan
alami tidak memiliki efek samping atau akibat negatif dalam jangka
panjang. Adapun pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan zat pewarna alami. Tabel berikut ini
menunjukkan perbedaan kedua jenis pewarna tersebut.
Pewarna alami | Pewarna buatan |
Lebih aman dikonsumsi. | Kadang-kadang memiliki efek negatif tertentu. |
Warna yang dihasilkan kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat keasaman tertentu. | Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan. |
Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak. | Praktis dan ekonomis. |
Keanekaragaman warnanya terbatas. | Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam. |
Tingkat keseragaman warna kurang baik. | Keseragaman warna lebih baik. |
Kadang-kadang memberi rasa dan aroma yang agak mengganggu. | Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu. |
Seiring dengan meluasnya pemakaian pewarna sintetik, sering terjadi
penyalahgunaan pewarna pada makanan. Sebagai contoh digunakannya pewarna
tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen. Zat pewarna
tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti: arsen,
timbal, dan raksa sehingga bersifat racun.
B. Pemanis
Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan atau minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis. Bahan
pemanis ini ada dua macam, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
1. Pemanis Alami
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari
bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis alami berfungsi juga sebagai
sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan,
kita akan mengalami risiko kegemukan. Contohnya :
- Gula tebu mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.
- Gula merah merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur, dodol, kue apem, dan gulali.
- Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu. Selain sebagai pemanis, madu juga banyak digunakan sebagai obat.
- Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet.
Zat pemanis alami yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Pemanis nutritif
Pemanis nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan
kalori. Pemanis nutritif berasal dari tanaman (sukrosa/ gula tebu, gula
bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil
penguraian karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa, sorbitol). Kelebihan
pemanis ini dapat mengakibatkan obesitas, karena kandungan kalorinya
yang tinggi.
2) Pemanis nonnutritif
Pemanis nonnutritif adalah pemanis alami yang tidak
menghasilkan kalori. Pemanis nonnutritif berasal dari tanaman
(steviosida), dan dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).
2. Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang
merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada
makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah larut dalam air.
Penggunaan bahan pemanis atau batasan pemakaian bahan pemanis dalam
makanan harus mengacu pada WHO yang dikenal dengan ADI (aceeptable daily intake)
dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 / Menkes / per / IX / 1988
tentang batasan maksimum penggunaan bahan kimia dalam makanan. Beberapa
pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Aspartam
Aspartam mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin metil ester,
merupakan pemanis yang digunakan dalam produk-produk minuman ringan.
Aspartam merupakan pemanis yang berkalori sedang. Tingkat kemanisan dari
aspartam 200 kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam dapat
terhidrolisis atau bereaksi dengan air dan kehilangan rasa manis,
sehingga lebih cocok digunakan untuk pemanis yang berkadar air rendah.
b. Sakarin
Sakarin merupakan pemanis buatan yang paling tua. Tingkat kemanisan
sakarin kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir.
Namun, jika penambahan sakarin terlalu banyak justru menimbulkan
rasa pahit dan getir. Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue
kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin. Sakarin
sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena
harganya yang murah. Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui
batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu
timbulnya kanker).
Dalam setiap kilogram bahan makanan, kadar sakarin yang diperbolehkan
adalah 50–300 mg. Sakarin hanya boleh digunakan untuk makanan rendah
kalori, dan dibatasi tingkat konsumsinya sebesar maksimal 0,5 mg tiap
kilogram berat badan per hari.
c. Siklamat
Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan
tingkat kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis
daripada gula pasir. Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung
siklamat antara lain: es krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan
berbagai minuman fermentasi. Beberapa negara melarang penggunaan
siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen. Batas maksimum
penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg bahan makanan.
d. Sorbitol
Sorbitol merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk pemanis kismis, selai dan roti, serta makanan lain.
e. Asesulfam K
Asesulfam K merupakan senyawa
6-metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)-on-2,3-dioksida atau merupakan asam
asetoasetat dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan dari asesulfam K adalah
200 kali lebih manis daripada gula pasir. Berdasarkan hasil pengujian
laboratorium, asesulfam K merupakan pemanis yang tidak berbahaya.
3. Perbedaan Pemanis Alami dengan Pemanis Buatan
Orang memilih jenis pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya tentu
dengan alasan masing-masing. Pemanis alami tentu lebih aman, tetapi
harganya lebih mahal. Pemanis buatan lebih murah, tetapi aturan
pemakaiannya sangat ketat karena bisa menyebabkan efek negatif yang
cukup berbahaya. Pada kadar yang rendah atau tertentu, pemanis buatan
masih diijinkan untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan, tetapi
pada kadar yang tinggi bahan ini akan menyebabkan berbagai masalah
kesehatan. Tabel berikut memperlihatkan perbedaan pemanis alami dan
buatan.
Pemanis alami | Pemanis buatan |
Pada suhu tinggi bisa terurai. | Cukup stabil bila dipanaskan. |
Memiliki kalori tinggi. | Memiliki kalori rendah. |
Berasa manis normal. | Berasa manis sampai puluhan bahkan ratusan kali rasa manis gula. |
Harganya cenderung lebih tinggi. | Harganya sangat terjangkau. |
Lebih aman dikonsumsi. | Sebagian dapat berpotensi karsinogen (penyebab kanker). |
C. Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau peruraian
lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga
makanan tidak mudah rusak atau menjadi busuk. Bahan pengawet bersifat
karsinogen, untuk itu batasan penggunaan bahan pengawet sebaiknya sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesesehatan No. 722/ menkes/per/IX/ 88.
Menurut FDA (Food and Drug Administrasion), keamanan suatu
pengawet makanan harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi
dalam produk makanan atau jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan
dari penggunaan pengawet, efek akumulasi dari pengawet dalam makanan dan
potensi toksisitas yang dapat terjadi (termasuk menyebabkan kanker)
dari pengawet jika dicerna oleh manusia atau hewan. Secara garis besar
zat pengawet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. GRAS (Generally Recognized as Safe)
yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama
sekali. Berikut ini adalah contoh-contoh pengawet alami.
a. Gula tebu
Gula tebu memberi rasa manis dan bersifat mengawetkan. Buah-buahan
yang disimpan dalam larutan gula pekat akan menjadi awet karena
mikroorganisme sukar hidup di dalamnya.
b. Gula merah
Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya gula tebu.
c. Garam
Garam merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan
air laut. Ikan asin dapat bertahan hingga berbulan-bulan karena pengaruh
garam.
d. Kunyit
Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet.
Dengan penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat
basi.
e. Kulit kayu manis
Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet
karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis juga
berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
f. Cengkih
Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman
cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai
penambah aroma.
2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen. Bahan-bahan pengawet tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Asam asetat
Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan
ini menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan
mengganggu selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air
keringat kita. Asam asetat sering dipakai sebagai pelengkap ketika makan
acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam asetat mempunyai sifat
antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar,
saos tomat, dan saus cabai.
b. Benzoat
Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
c. Sulfit
Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium
bisulfit. Potongan kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan
dengan menggunakan bahan ini.
d. Propil galat
Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan
permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil
galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan.
e. Propianat
Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam
propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain
menghambat kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang
menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan
keju biasanya menggunakan bahan ini. Penggunaan yang berlebihan bisa
menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
f. Garam nitrit
Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Kalium
nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air.
Bahan ini terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan,
daging, dan juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan
kering seperti kue kering. Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan
adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
Penggunaan yang berlebihan, bisa menyebabkan keracunan. Selain
memengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh,
juga menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang
ginjal, dan muntah-muntah.
g. Sorbat
Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam
sorbat. Sorbat sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah,
keju, anggur, dan acar. Asam sorbat sangat efektif dalam menekan
pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat
yang diperbolehkan. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini
bisa membuat perlukaan di kulit.
3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi atau berbahaya, Pengawet tersebut di antaranya adalah:
- Boraks
Boraks atau natrium tetraborat, dengan rumus kimia Na2B4O7· 10 H2O
adalah senyawa yang biasa digunakan sebagai bahan baku disinfektan,
detergen, cat, plastik, ataupun pembersih permukaan logam sehingga mudah
disolder. Karena boraks bersifat antiseptik dan pembunuh kuman, bahan
ini sering digunakan untuk pengawet kosmetik dan kayu. Banyak ditemukan
kasus boraks yang disalahgunakan untuk pengawetan bakso, sosis, krupuk
gendar, mi basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan
pangsit. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan
sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
- gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
- gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
- terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
- menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
- Formalin
Formalin adalah nama dagang untuk larutan yang mengandung 40%
formaldehid (HCOH) dalam 60% air atau campuran air dan metanol (jenis
alkohol bahan baku spiritus) sebagai pelarutnya. Formalin sering
disalahgunakan untuk mengawetkan mi, tahu basah, bakso, dan ikan asin.
Formalin tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan kanker paru-paru
dan gangguan pada alat pencernaan dan jantung.
- Natamysin
Bahan ini biasa digunakan pada produk daging dan keju. Bahan ini bisa
menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan
kulit.
- Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahkan bahan pengawet ini. Padahal
bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
- Butil Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
D. Penyedap
Bahan penyedap rasa merupakan bahan tambahan makanan yang berguna
untuk melezatkan bahan makanan. Penyedap berfungsi menambah rasa nikmat
dan menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan makanan. Bahan
penyedap ini terdapat dalam bentuk alami dan buatan.
1. Penyedap Alami
Bahan penyedap dari bahan alami selalu terdapat di dalam setiap
makanan. Biasanya bahan-bahan ini dicampurkan bersama-sama sebagai bumbu
makanan, beberapa di antaranya :
- Bawang merupakan pemberi rasa sedap alami yang paling banyak digunakan.
- Merica memberi aroma segar dan rasa pedas yang khas.
- Terasi merupakan zat cita rasa alami yang dihasilkan dari bubuk ikan dan udang kecil yang dibumbui sedemikian rupa sehingga memberi rasa sedap yang khas.
- Daun salam memberi rasa sedap pada makanan.
- Jahe memberi aroma harum dan rasa pedas khas jahe.
- Cabai memberi rasa sedap dan pedas pada setiap masakan.
- Daun pandan memberi rasa dan aroma sedap dan wangi pada makanan.
- Kayu manis, selain memberi rasa manis dan mengawetkan juga memberi aroma harum khas kayu manis.
2. Penyedap Buatan
Penyedap buatan yang paling banyak digunakan dalam makanan adalah vetsin atau monosodium glutamat
(MSG) yang sering juga disebut sebagai micin. MSG merupakan garam
natrium dari asam glutamat yang secara alami terdapat dalam protein
nabati maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan kacang-kacangan mengandung
sekitar 20% asam glutamat. MSG tidak berbau dan rasanya merupakan
campuran rasa manis dan asin yang gurih.
Mengonsumsi MSG secara berlebihan akan menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang dikenal sebagai Chinese Restaurant Syndrome (CRS). Tanda-tandanya
antara lain berupa munculnya berbagai keluhan seperti pusing kepala,
sesak napas, wajah berkeringat, kesemutan pada bagian leher, rahang, dan
punggung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar